Menerapkan Sistem Manajemen K3 OHSAS-18001
sepatu safety - Pada dasarnya, aplikasi system manajemen apa pun sama. Diawali dari prinsip top level managemen, rencana, aplikasi, kontrol sampai pada tindak lanjut. Bedanya pasti pada konsentrasi. Untuk system manajemen K3, fokusnya yaitu keselamatan dan kesehatan kerja. Tersebut disini 25 step yang yang perlu dilakukan dalam aplikasi system manajemen K3, komplit dengan keterangan mengenai maksud dan maksud dari beberapa kriteria yang terdapat dalam OHSAS-18001. 25 Step Aplikasi OHSAS-18001
1. Buat kebijakan K3
Tiga prinsip yang perlu ada pada kebijakan K3 dalam OHSAS-18001 yaitu prinsip untuk menghindar cidera dan masalah kesehatan, penambahan berkepanjangan dan menjangkau keselarasan dengan kriteria yang berlaku berkaitan K3.
Pasti, kebijakan harus sesuai sama karakter dan taraf kemungkinan keselamatan dan kesehatan kerja di organisasi yang pasti tidak sama.
2. Membuat tim
Terdapat beberapa pekerjaan dalam pengembangan system manajemen keselamatan yang perlu dilakukan bersama. Misalnya, dalam mengidentifikasi beberapa sistem yang dilakukan organisasi, dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi kemungkinan bahaya, memastikan pengendalian dsb. Aktifitas-aktifitas itu memerlukan pengetahuan dan pertimbangan dari beberapa pihak. Tersebut pentingnya tim. Anggota tim sekurang-kurangnya merepresentasikan semua peranan dalam organisasi, perwakilan pihak manajemen dan perwakilan dari karyawan. Sangat baik apabila juga melibatkan serikat pekerja.
3. Kursus dasar
Kursus basic perlu diberi pada tim untuk membekali mereka dalam beberapa pekerjaan setelah itu berkaitan pengembangan system manajemen K3. Sekurang-kurangnya, tim harus diberi dengan pemahaman yang baik mengenai beberapa kriteria yang terdapat dalam OHSAS-18001, metoda-metoda dalam identifikasi dan penilaian kemungkinan bahaya, beberapa segi keselamatan yang relevan dengan kegiatan organisasi.
4. Mengidentifikasi dan menilainya kemungkinan bahaya
Bahaya keselamatan dapat datang dari beragam kegiatan yang dilakukan organisasi, pemakaian perlengkapan, maupun elemen-elemen yang datang dari luar organisasi. Semua harus dinilai untuk memastikan tingkat resikonya pada pekerja.
Step pertama yaitu identifikasi bahaya. Untuk organisasi yang telah mengaplikasikan ISO-9001 dan/atau 14001, semakin lebih mudah apabila identifikasi bahaya dilakukan dengan lihat beberapa sistem yang dilakukan. Ini pastinya ada pada manual kualitas. Hanya langkah awal, untuk setelah itu juga akan ada pengembangan-pengembangan karena biasanya tidak semua sistem dalam organisasi tercantum dalam manual kualitas. Setelah itu, tetap dalam step identifikasi bahaya, perlu dilakukan penggalian dengan lebih mendalam dari beberapa sistem, dapat dengan kegiatan seperti safety tur, lihat sistem dari dekat : alat yang dipakai, bagaimana melakukan, dalam keadaan apa dilakukan dsb. Diluar itu, perlu juga diliat catatan-catatan kecelakaan yang sempat terjadi, catatan-catatan hampir celaka (near miss) dan beberapa input dari karyawan berkaitan.
Step ke-2, setelah beragam bahaya teridentifikasi, dilakukan penilaian kemungkinan dari setiap bahaya. Cara yang paling simpel yaitu berikan taraf kuantitatif untuk 2 parameter : tingkat bahaya (severity) : dari ‘tidak menyebabkan apa-apa’ sampai ‘mengancam hilangnya nyawa’ dan tingkat peluang (probability) : dari ‘tidak mungkin terjadi’ sampai ‘hampir tentu terjadi’. Ke-2 parameter itu lalu dikalikan untuk membuat angka kemungkinan. Gambar tersebut disini contoh form untuk penilaian kemungkinan bahaya. Contoh form penilaian kemungkinan bahaya, saksikan disini
Metoda-metoda beda yang bisa dipakai dalam menilainya kemungkinan suatu bahaya :
- What-if Analysis
- HAZOP (Hazard and Operability Study)
- FMEA (Failure Model and Effect Analysis)
- FTA (Fault Tree Analysis)
- ETA (Moment Tree Analysis
- dsb.
5. Mengambil keputusan pengendalian operasional.
Setelah ketahui tingkat kemungkinan dari setiap bahaya yang teridentifikasi, setelah itu yaitu mengambil keputusan bagaimana caranya pengendalian kemungkinan. Pasti, prioritas harus diberi pada bahaya dengan tingkat kemungkinan tinggi. Tersebut gunalah penilaian kemungkinan : memastikan prioritas. Sejauh sangat mungkin, cara pengendalian yang perlu diambil yaitu menyingkirkan kemungkinan. Pilihan paling akhir yaitu pemakaian sebagian perlengkapan pengaman. Perlu diingat kalau pilihan ‘menghilangkan resiko’ senantiasa berkaitan dengan perubahan suatu kegiatan, tak tahu cara kerja, tak tahu disain mesin/perlengkapan, tak tahu material. Pilihan ini pasti harus melibatkan pihak-pihak yang mumpuni dalam perancangan sistem.
6. Mengambil keputusan dan mengaplikasikan prosedur untuk mengidentifikasi beberapa kriteria K3,
Pertama organisasi harus memastikan cara bagaimana terhubung/memperolah beberapa kriteria legal berkaitan K3. Ke-2 organisasi harus memisah mana beberapa kriteria yang perlu diberlakukan. Ada beberapa puluh kriteria K3 yang di keluarkan pemerintah, dari yang berbentuk umum untuk semua organisasi sampai yang mengulas suatu pekerjaan dan beberapa hal yang khusus yang relevan hanya apabila organisasi memiliki suatu kegiatan tertentu saja. Daftar kriteria K3, saksikan disini
7. Mengambil keputusan tujuan dan program
Basic dari penetapan tujuan yaitu beberapa kriteria K3 yang berlaku dan tingkat kemungkinan dari bahaya yang ada. Tujuan kemampuan dapat berkaitan lagging indicator (hasil akhir yang ingin diraih) seperti penurunan tingkat kecelakaan karena bahan kimia, penurunan tingkat kecelakaan dalam sistem produksi, Penurunan tingkat kecelakaan berkaitan listrik dsb, dapat pula berkaitan leading indicator, yakni apa yang buat suatu lagging indicator alami penurunan seperti penambahan kompetensi K3 karyawan, keselarasan pemeliharaan perlengkapan listrik dengan jadwal dsb.
Program yaitu gagasan kerja untuk menjangkau tujuan meliputi apa harus dilakukan, siapa yang melakukan, kapan harus dilakukan dan dikerjakan. Program harus dilihat dengan berkala.
8. Sediakan infrastruktur dan tehnologi yang diperlukan untuk aplikasi system manajemen K3. Konsentrasi sudah pasti harus diberi pada sumber daya yang diperlukan untuk menghindar terjadinya kecelakaan, berdasar pada tingkat kemungkinan bahaya yang ada.
Problem keselamatan yaitu tanggung jawab semua pihak. Top level management memberi komitem dan sumber daya, namun yang menjalan system yaitu karyawan di semua tingkatan. Tanggung jawab dan wewenang diperlukan agar setiap peranan mengerti dengan terang apa sebagai tanggung jawabnya berkaitan dengan K3.
Contoh tanggung jawab berkaitan K3 :
Manager :
– Mengorganisasikan pekerjaan di departemennya dan menanggung pekerjaan dilakukan lewat cara yang aman
– Berkonsultasi dengan karyawan berkaitan beberapa masalah K3
– Mengecek dan menyepakati sebagian ketentuan berkaitan K3
– Berencana perlengkapan yang diperlukan untuk menanggung keselamatan kerja
– Jadi anggota dalam komite K3
– Memimpin dengan berikan contoh
10. Menunjuk Management Representative
Pekerjaan utama MR dalam system manajemen K3 sama juga dengan MR di system manajemen kualitas ataupun lingkungan : menanggung system diaplikasikan dan diperlihara dan memberikan laporan kemampuan system pada pihak menajemen. Penambahan yang menarik dalam OHSAS-18001 yaitu kalau identifitas dari MR ini harus ada untuk kebanyakan orang yang berkerja di bawah kontrol organisasi. Pasti kriteria ini ada tujuannya, misalnya : Apabila ada suatu problem menekan dan keterlibatan seorang yang bisa ambil suatu ketentuan, maka setiap orang tahu siapa orang yang perlu dihubungi. 11. Meningkatkan kompetensi yang diperlukan personil, baik lewat kursus maupun cara lain
Kompetensi apa yang diperlukan?
- Knowledge base mengenai system manajemen K3, terutama untuk tim yang membuat system.
- Pengetahuan dan skill untuk mengidentifikasi dan menilainya kemungkinan dari bahaya, untuk tim yang bertanggungjawab untuk melakukan pekerjaan ini.
- Pengetahuan mengenai beberapa segi keselamatan yang khusus yang sesuai sama kegiatan yang ada pada organisasi. Misalanya, kegiatan yang melibatkan beberapa bahan beresiko dan beracun, kegiatan transportasi, kegiatan pada ketinggian (biasanya untuk organisasi layanan konstruksi) dan banyak sekali lagi yang lain kegiatan yang khusus.
- Pengetahuan dan skill untuk melakukan pekerjaan yang memiliki kemungkinan bahaya, sesuai sama prosedur atau kontrol operasional yang diputuskan, untuk personil yang melakukan pekerjaan itu.
- Pengetahuan dan skill untuk penanggulangan keadaan darurat
- Pengetahuan mengenai beberapa kriteria K3 yang berlaku, untuk satu atau sebagian orang yang bertanggungjawab untuk mengevaluasi pemenuhan beberapa kriteria itu.
12. Mengambil keputusan dan mengaplikasikan prosedur untuk meningkatkan kesadaran K3
Kriteria ini similar dengan ISO-14001 (berkaitan prosedur pengembangan kesadaran lingkungan). Dalam ISO-9001 ada juga kriteria sekian namun tidak memberikan keperluan ada prosedur.
Membuat kesadaran senantiasa penting tapi tidaklah pekerjaan yang mudah. Membuat kesadaran bermakna mengubah apa yang ada pada kepala orang. Semula orang yakin kalau A yaitu benar, kita ingin agar kepercayaannya beralih : B lah yang benar. Atau, semula orang tidaklah terlalu yakin kalau B yaitu penting, kita ingin mereka yakin kalau B betul-betul penting. Keyakinan atau belief berikut yang pada akhirnya juga akan melahirkan kecenderungan tingkah laku.
Tidaklah pekerjaan yang mudah untuk membuat kesadaran dan sebenarnya tidak bisa dicakup dalam sebuah prosedur. Yang dapat dilakukan oleh organisasi yaitu memastikan beragam usaha yang bisa menstimulir mengembangnya kesadaran mengenai pentingnya K3. Poster, penebaran info perlu untuk ‘mengenalkan’ dan mengingatkan. Kursus dan briefing-briefing perlu jadi alat rational persuation. Keterlibatan karyawan dalam bagian-bagian pekerjaan rencana ketentuan juga perlu untuk menghidupkan rasa tanggung jawab yang keluar dari dalam sendiri. Dan yg tidak kalah penting, yaitu keteladanan. Sangat mustahil apabila, misalnya, seseorang manajer ingin membuat keyakinan karyawan juga akan pentingnya K3 sesaat dia sendiri tidak menganggapnya penting.
13. Mengambil keputusan dan mengaplikasikan prosedur komunikasi internal dan eksternal berkaitan K3
Kriteria ini similar dengan apa yang ada pada ISO-14001. Organisasi harus memastikan beberapa cara untuk mengkomunikasikan beberapa hal berkaitan K3 ke internal organisasi. Misalnya, pemakaian bulletion board, atau newsletter untuk menebarkan info mengenai kemampuan system manajemen K3. Komunikasi dengan pihak eksternal berkaitan K3 juga perlu ditata. Misalnya, siapa yang bertanggungjawab dan bagaimana memberitahukan sebagian ketentuan berkaitan K3 pada kontraktor, siapa yang mewakili organisasi untuk berhubungan dengan lembaga berkaitan K3, bagaimana melibatkan orang-orang sekitar dalam perlakuan keadaan darurat.
14. Mengambil keputusan prosedur untuk meningkatkan keterlibatan karyawan dan konsultasi
Di sini saya berniat menyebutkan hanya mengambil keputusan, tanpa ada penambahan mengaplikasikan karena sesunggunhyna prosedur ini yaitu prosedur yang diisi ketentuan penambahan untuk prosedur yang beda : Identifikasi dan penialaian kemungkinan bahaya, rencana kontrol, rencana tanggap darurat dan sebagainya yang disebut beberapa sistem inti dari system manajemen K3. Dalam prosedur ini harus dijelaskan bagaimana keterlibatan karyawan dibuat. Misalnya, apakah dalam bebrapa kegiatan tertulis diatas setiap karyawan yang ikut serta segera dengan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya diikutsertakan dalam kajian (direct involvment), atau mungkin hanya perwakilannya saja yang diundang (idirect involvement), apa peran dari serikat kerja harus ditetapkan dsb.
Berkaitan konsultasi, dasarnya yaitu pihak manajemen perlu berkonsultasi dengan pihak-pihak karyawan dalam ambil bebrapa ketentuan penting berkaitan K3. Pasti yang disebut konsultasi di sini yaitu pertukaran pandangan dan pertukaran ide.
Kenapa OHSAS-18001 menimbulkan kriteria seperti ini? Jawaban yang simpel yaitu karena pihak manajemen relatif berfikir apa yang baik untuk bisnis tengah karyawan di pihak beda pikirkan dalam tingkat yang lebih banyak beberapa segi keselamatan dan kesehatan mereka dalam melakukan suatu pekerjaan. Kriteria mengenai keterlibatan dan konsultasi ditujukan agar ke-2 pihak sama-sama mengerti ke-2 kecenderungan itu.
15. Pengaturan manual K3.
Sebenarnya OHSAS-18001 tidak dengan eksplisit mensyaratkan ada manual namun dokumen ini dapat dipakai untuk berisi kebijakan K3, lingkup system manajemen K3 dan elemen-elemen inti yang terdapat dalam system dan referensinya ke dokuman-dokumen beda.
0 komentar:
Posting Komentar